RSS
Diberdayakan oleh Blogger.

Ada Kerangka Manusia Purba di Gianyar

GIANYAR, KOMPAS.com--Kerangka manusia purba yang tersimpan dalam sarkofagus atau peti jenazah yang terbuat dari batu, ditemukan di Subak Saba, Desa Keramas, Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali, Sabtu.

"Hari ini kami temukan dua peti batu, namun baru satu yang berhasil dibuka, dan ternyata masih berisi kerangka manusia purba," kata Dra Ayu Kusumawati, peneliti pada Balai Arkeologi Denpasar ketika ditemui ANTARA di lokasi penemuan, Sabtu.
Ia menyebutkan, dua buah peti batu yang di bagian ujungnya dilengkapi aksesoris mirip kepala kura-kura, pertama kali ditemukan oleh penggali tanah di lokasi pembuatan batu bata.
Dari temuan itu, tim Balai Arkeologi Denpasar kemudian melakukan pendalaman ternyata kedua peti merupakan benda peninggalan purbakala yang disebut sarkofagus.
Dra Ayu Kusumawati mengatakan, salah satu dari dua barang temuan itu sudah berhasil dibuka bagian penutupnya oleh petugas, dan ternyata masih berisi kerangka manusia dalam susunan tulang-belulang yang lengkap.
"Sementara yang satunya lagi, masih dalam keadaan utuh, sehingga kami belum tahu isinya," ucapnya.
Ia menambahkan, selain kerangka manusia dalam peti jenazah manusia purba itu juga ditemukan sebuah kendi tua.
"Kendi dengan panjang 15 cm itu berada persis di samping tengkorak kerangka manusia yang terkujur dalam peti," kata Ayu menjelaskan.
Ia mengatakan, berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, dua sarkofagus yang ditemukan memiliki ukuran yang berbeda.
"Sarkofgus yang utuh merupakan peti mati tipe kecil dengan ukuran panjang 150 cm dan lebar 50 cm. Sedangkan sarkofagus yang sudah dibuka, memiliki ukuran panjang 100 cm dan lebar 12 cm," ujar dia.
Mengenai umur sarkofagus itu, Ayu Kusumawati memperkirakan sudah ada sejak 2.000 tahun yang lalu atau sejak zaman prasejarah.
"Pada zaman itu manusia telah mengenal masa perundagian serta alat logam. Hal ini dibuktikan dengan adanya tonjolan wajah manusia atau kedok yang mirip kura-kura pada bagian ujung sarkofagus yang kini ditemukan," ucapnya.
Selain telah mengenal logam, sambung Kusumawati, pada zaman itu juga sudah dikenal dengan istilah gotong royong dan rasa persatuan dan kesatuan.
"Tujuan dibuatkan kedok di bagian ujung peti kubur itu dimaksudkan untuk memberikan jalan bagi sang arwah menuju dunia lain," katanya.
Ia menjelaskan, biasanya pemakaman dengan sarkofagus itu diperuntukkan kepada orang yang berpengaruh pada zaman itu.
"Hanya kaum bangsawan dan orang yang berpengaruh yang menggunakan peti kubur semacam itu," jelasnya.
Saat ini, kata Kusumawati, pihaknya bersama petugas lain masih melakukan penilitian lebih lanjut soal penemuan dua sarkofagus itu.
"Kami masih harus di lokasi untuk melakukan penelitian lanjutan sebelum kedua sarkofagus itu dievakuasi ke Balai Pelestarian Benda Purbakala," ucapnya.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Stres Membuat Kita Jadi Pelupa

KOMPAS.com Ternyata berpikiran positif tak hanya membuat hari-hari kita jadi lebih indah, tetapi juga menstimulasi otak untuk mengolah informasi lebih baik. Dengan demikian otak kita dalam kondisi prima untuk jangka panjang.

Penelitian yang dilakukan pada 2007 menunjukkan bahwa respoden yang selalu mengelilingi dirinya dengan energi positif mampu menekan risiko kemunduran fungsi kognitif otak hingga 60 persen. Sementara itu, responden yang kerap stres dan emosional mengalami kemunduran daya ingat atau dimensia.

Thomas Crook, PhD, ahli pencegahan gangguan memori, bercerita bahwa setiap kita pasti memiliki peristiwa-peristiwa yang menguras emosi, mulai dari kegagalan, kekecewaan, atau bahkan penghianatan. Ini adalah sumber-sumber stres emosi yang bisa memengaruhi kerja otak kita. Meski demikian, Crook menambahkan bahwa bukan berarti kita harus selalu tersenyum menghadapi semua cerita sedih yang masuk dalam hidup kita. “Kita boleh saja bersedih. Namun, reaksi kita untuk kembali optimis dan semangat adalah reward bagi otak sehingga fungsi kerjanya tak menurun.”

Crook mengajak kita untuk sesegera mungkin mengeluarkan stres emosional dari dalam kepala. "Analogikan kita sedang menekan tombol eject pada DVD player saat kita tak menyukai film yang kita tonton. Lalu lihat berapa banyak 'DVD kebahagiaan' yang tersisa di 'rak' kehidupan kita."

Proses tersebut menurut Crook akan membuat otak kita memutar memori-memori yang dapat mengembalikan semangat kita. Oleh tubuh, hal itu akan diartikan dengan mengeluarkan hormon endorfin untuk memberikan sensasi rasa bahagia dalam diri. "Dari sinilah akan terlihat bahwa sistem tubuh tak hanya bekerja sendirian. Kemampuan memori otak kita akan terasah plus metabolisme tubuh kembali bekerja normal."

Itu mengapa para ahli saraf percaya, kemampuan kita untuk mengendalikan emosi dan stres adalah cara untuk melindungi jaringan-jaringan otak. Pasalnya, emosi adalah pemicu bagi banyak area di dalam otak, mulai dari memori, kemampuan berpikir logis, hingga kemampuan berekspresi.

Jadi setiap kali stres menghadang, cobalah untuk berpikir positif agar otak pengendali emosi kita dapat memprogram ulang mood positif kita. Dengan begitu, kita bisa mengembalikan kesadaran fungsi otak akibat respons tubuh yang bekerja kembali normal. Ingat, jika Anda ingin otak tetap bekerja maksimal, maka jangan mau lama-lama menyimpan emosi negatif dalam diri.


"dikehidupan modern, kita dituntut bisa memegang beberapa peran dalam sehari yang meminta otak merekam berbagai macam perintah. Dari kesibukan itu membuat kita melupakan hal-hal lain. Akan menjadi fatal ketika hal yang kita lupakan adalah sesuatu yang sangat penting serta harus kita lakukan terlebih dahulu. Hal inilah yang menjadi pemicu stressnya diri kita yang berujung menjadi pelupa. Alangkah lebih baik tajamkan daya ingat kita seperti perhatikan asupan makanan, dalam keadaan streesss dan tertekan, tenangkan diri dan atur napas sambil terus berpikir positif dan rutin melakukan olahraga."

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Anda Pengunjung ke